Selasa, 28 September 2021

HIDALGO DAN IBNU HAJAR

  "Kisah-kisah yang belum selesai dan motivasi belajar 'mengingat kisah dulu' perlu terus dipompa agarmenimbang-nimbang--kedepan terus berjuang." 

Kisah perjalanan kuliahku, yang begini-begini saja, pinter tidak, saya teringat dengan kisah pada saat masa sekolah madrasah beberapa tahun lalu, tepatnya di desa kecil saya. Tidak kenal buku-buku yang katanya bagus atau tidak. Saya Pernah menemukan kisah dari seorang tokoh Hidalgo dalam kisah salah satu tokoh novel Don Quijote dari La Mancha (1) karya Miguel D Cervantes. Tokoh tersebut memiliki kekeringan otak tanpa harus seperti apa harus melangkah akan memandang hidup dengan dasar apa bisa menemukan hidup ideal. 

Dengan itu, teringat dengan kisah seorang Ibnu Hajar waktu sekolah madrasah dulu diceritakan kisah tersebut. Ibnu Hajar salah seorang santri semasa di pesantren tidak bisa apa-apa (tolot, bodoh, gedeng, nolspot) kompleks pokoknya akan hal itu, jangankan baca kitab atau baca Al-Quran sama halnya santri lainnya, tidak tahu (tidak bisa membaca dll). 

Adapun suatu waktu putus asa hingga pada suatu masa ia harus merasa paling tidak bisa, lalu memutuskan untuk pulang (kabur dari pesantren tanpa sepengetahuan) Di tengah perjalanan tersebut Ibnu Hajar dikejutkan dengan temuan aneh tapi nyata. Ketika melihat batu keras diteteskan air dari sisa air hujan hingga bolong saking terus-menerusnya batu itu bolong, (dalam versi cerita lain hancur batu tersebut). Ketika itu, si Ibnu tersebut mendapatkan hidayah dan mulai tafakkaru (berpikir sejenak), kalau semua kejadian tersebut bukan semerta merta hanya tiba-tiba atau dengan tidak sengaja (berpikir akan kejadian air yang membuat batu itu hancur atau berlobang). Semua harus dilakukan dengan kerja keras, sehingga hemat saya berasumsi kalau untuk menjadi berkualitas manusia harus keras dalam melakukan sesuatu. 

Ibnu Hajar mengurungkan niat untuk pulang lalu kembali ke pesantren di mana ia harus belajar kembali dengan serius (sungguh-sungguh, lalu ia memang berhasil dalam kisah singkatnya, ia bahkan bisa membaca kitab dengan kondisi kitab terbalik. Saking pahamnya dan alim. Otak kering akan seperti apa yang telah Tuhan berikan pada manusia. Apa yang telah dianugerahkan seperti tong kosong harus mengisi tong itu dengan air. Begitupun, untuk mengisi tong tersebut harus memilihnya airnya. 

Dari kisah di atas dapat bisa mengambil pelajaran berkelas. Dari kedua tokoh yang punya semangat sama dalam hidup mereka. Bagaimana kita menjadi makhluk hidup yang semestinya terus berproses belajar sepanjang masa sambil menikmatinya. 

Selaras dengan narasi kuat di lingkungan pendidikan hari ini--belajar seumur hidup--terus disuarakan. Harapan tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa hidup perlu menentukan pelajaran yang dapat dipelajari dan mampu dilalui: baik atau buruk ditentukan oleh diri sendiri mengambil keputusan. 

Adapun sosok yang terus belajar akan punya nilai paling dalam--untuk hal kehidupan yang tidak krusial. Bagaimana mungkin seorang bisa membaca dan mengenal diri kalau sibuk dengan di luar diri. Langkah-langkah sulit seorang untuk membuka peluang akan jadi manusia utuh, tumbuh bersama sesuai harapannya. Menatap sambil meratap minta pengunjuk jalan paling tepat serta baik. Seorang bisa karena terbiasa atau sekedar menata setiap keinginannya. Dan dengan logika serta rasa ingin belajar tersebut dapat menuntut hasil. Mungkin.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar