Rabu, 29 September 2021

PEREMPUAN DAN CITA-CITA

 

"Perempuan yang kuat dengan cita-cita dan mempertahankan  apa yang dijaga, jadi sosok mulia: menjaga apa yang perlu dijaga" 

Saya tertarik mereview film Nurbaya ini dari pandangan perempuan yang begitu kental dengan nilai-nilai patriarki. Nurbaya khususnya. Perempuan yang punya semangat cita-cita luar biasa, tapi hanya jadi perempuan bercita-cita: tidak biasa. 

Jika ditarik benang merah dari itu, yang begitu pekat mempertahankan untuk terus menulis dan bercita-cita akan kebebasan dari konstruksi sosial-perempuan tetap menjadi sosok lemah, ketimbang pria. Perempuan yang ingin selalu punya semangat dalam membela hak diri dan pendidikan. Dan semangat ingin berkontribusi di kehidupan intelektual, seperti dilakukan oleh RA. Kartini. 

Mengambil potret, jawaban Nurbaya ketika ditanya oleh orang perihal pernikahan. Persis seperti apa yang biasa dilakukan saya di masyarakat; sambil tersenyum dengan bahasa tubuh yang lain, selalu begitu. Paling relevan yaitu ketika ditanya tidak terlalu panjang menjawab. Karena, ia meyakini kalau akan dijawab akan  terus punya pandangan berbeda. Dan terus berdebat tanpa menemukan solusi. 

Hal tersebut, mengajarkan kita pada satu personal. Yang tidak dipungkiri urusan kedua hal, perempuan menikah dan punya cita-cita. Begitulah selalu ada narasi yang membangun citra perempuan dari masa ke masa, berlaku dan selalu ada di masyarakat. 

Namun, pada abad 21 ini, hanya dapat dihitung jari memandang hal tersebut di masyarakat. Walaupun pandangan ini sangat sempit--dan seperti menghakimi perspektif ini. Akan tetapi, menjadi pandangan langka seorang perempuan membaca dan menulis terus memberikan kontribusi pada kehidupan manusia. 

Film ini, memberi refleksi pada satu hal paling relevan kalau ada satu perempuan mempertahankan apa yang dicita-citakan. Dan itu melawan konstruksi sosial. Maka akan ada hal yang perlu dikorbankan, yaitu perasaan kepada pasangannya. Namun, suatu ketika nanti akan tetap bertahankah kondisi tersebut; keadaan, kebutuhan, dan lingkungan, yang membentuk. 

Adapun, pada momen si Samsul memberikan kabar ke Nurbaya. Kalau Dia mendapat beasiswa ke Belanda, yang dibangun dan punya pandangan yang sama--punya cita-cita mulia. Saat kabar disampaikan ke Nurbaya, disitu terlihat sikap perempuan berpengetahuan dan selalu berpikir positif dan hidup. Terlihat kalau bukan perempuan yang-menye-menye- dalam bahasa gaul sekarang. Dia malah memberikan dukungan yang kuat. Begitulah pengetahuan bekerja dalam diri selalu optimis dan mampu menerima serta tidak ada tendensi dari setiap kejadian. Apalagi yang masih belum terjadi: terus melangkah. 

Saya belum lihat yang lain, jadi belum bisa komentar. Kalau ada, nanti akan dicoba resensi film tersebut. Sebab cerita masih penuh tanda tanya: nanti kisah selanjutnya. Mungkin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar